“Salah satu solusi menghadapi cuaca yang tidak menentu adalah dengan
mengelola jarak tanam. Dengan jarak yang cukup renggang, sinar matahari
bisa masuk sampai tanah dan sirkulasi udara juga bisa lebih leluasa,
serta bisa mencegah tumbuhnya jamur dan juga wereng”
Hama Penyakit
Dalam kondisi cuaca tidak menentu seperti ini bisa juga mngundang hama dan penyakit yang lain, seperti di bawah ini :
Penyakit Tanaman Tembakau
1.
Penyakit Rebah Kecambah. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Phytium
spp, Sclerotium sp dan Rhizoctonia sp. Penyakit ini pada umumnya
menyerang di pembibitan, dengan gejala serangan pangkal bibit berlekuk
seperti terjepit, busuk, berwarna coklat dan akhirnya bibit roboh.
Penyakit biasanya menyerang didaerah dengan suhu 24°C, kelembaban di
atas 85 % drainase buruk curah hujan tinggi dan pH tanah 5,2 – 8,5.
Penyakit ini dapat diatasi dengan pengaturan jarak tanam pembibitan,
disinfeksi tanah sebelum penaburan benih atau penyemprotan pembibitan
serta pencelupan bibit sebelum tanam dengan fungisida netalaksil 3
g/liter air Mankozep (2 – 3 g/liter air), Benomil 2 – 3 g/liter air dan
Propanokrab Hidroklorida 1 – 2 ml/l air.
2. Penyakit Lanas. Patogen
penyebab penyakit ini adalah cendawan phytophthora nicotianae var Breda
de Haan (Semangun 1988). Gejala serangannya dapat dibedakan menjadi 3
tipe yaitu : Tipe 1; tanaman yang daunnya masih hijau mendadak terkulai
layu dan akhirnya mati, pangkal batang dekat permukaan tanah busuk
berwarna coklat dan apabila dibelah empulur tanaman bersekat-sekat. Tipe
2; daunnya terkulai kemudian menguning tanaman layu dan akhirnya mati,
Tipe 3; bergejala nekrosis berwarna gelap terang (konsentris) dan
setelah prosesing warnanya lebih coklat dibanding daun normal. Cara
pencegahannya adalah melakukan sanitasi pengolahan tanah yang matang,
memperbaiki drainase penggunaan pupuk kandang yang telah masak, rotasi
tanaman minimal 2 tahun dan menggunakan varietas tahan hama.
Pengendaliannya dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida pada
pangkal batang dengan menggunakan fungisida Mankozeb 2 – 3 g/liter air,
Benomil 2 -3 g/liter air, Propanokarb Hidroklorida 1 – 2 ml air dan
bubur bordo 1 – 2 %.
3. Penyakit Kerupuk. Patogen penyebabnya adalah
virus krupuk tembakau (Tabacco Leaf Corl Virus = TLCV). Gejala
serangannya adalah daun terlihat agak berkerut, tepi daun melengkung ke
atas, tulang daun bengkok, daun menebal, atau sampai daun berkerut dan
sangat kasar. Pencegahan penyakit ini adalah memberantas vektor lalat
putih (Bemisia tabaci) dengan insektisida dimetoat atau imedakloprid.
4.
Penyakit Layu Bakteri. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Pseudomonas
solanacearum. Gejala serangannya adalah layu sepihak pada daun maupun
sisi pertanaman, bentuk daun asimetris, pangkal batang busuk berwarna
coklat. Apabila potongan batang atau ibu tulang daun dimasukkan kedalam
air jernih akan tampak aliran masa bakteri putih seperti asap rokok.
Penyakit
lain yang kurang berbahaya tapi sering menyerang tanaman tembakau
adalah penyakit mosaik tembakau, nematoda, karat daun, embun tepung dan
antraknosa.
Hama Tembakau
Beberapa hama yang sering
menimbulkan kerugian pada tanaman tembakau yaitu ulat pucuk tembakau,
ulat grayak, kutu tembakau, kutu putih dan ulat tanah.
1. Ulat Pucuk
Tembakau (Helicoverpa assulta Genn dan Helicoverpa armigera Hubner).
Gejala serangan terlihat dari daun tembakau yang berlubang-lubang karena
ulat memakan pucuk daun dan daun atas. Pada saat serangan terjadi
gejala tersebut belum nampak dan gejala akan nampak jelas setelah daun
tembakau membesar. Tanaman inang lain adalah kapas, jagung, tomat,
kedelai, buncis, asparagus dan jarak. Pengendalian dengan penyemprotan
insektisida seperti permetrin 2 g/liter atau betasiflutrin 25 g/liter.
2.
Ulat grayak ( Spodoptera litura F). Serangan terjadi pada malam hari
biasanya bergerombol di pembibitan maupun di pertanaman. Dari stadia
telur sampai menjadi larva instar 5 yang dapat menyerang tanaman
memerlukan waktu 22 – 60 hari. Pengendalianya penyemprotan dengan
insektisida seperti pada ulat pucuk atau mengumpulkan masa telur.
3.
Kutu Tembakau (Myzus persicae). Kutu ini merusak tanaman tembakau karena
mengisap cairan daun tanaman, menyerang di pembibitan dan pertanaman,
sehingga pertumbuhan tanaman terhambat. Kutu ini menghasilkan embun madu
yang menyebabkan daun menjadi lengket dan ditumbuhi cendawan berwarna
hitam. Kutu daun secara fisik mempengaruhi warna, aroma dan tekstur dan
selanjutnya akan mengurangi mutu dan harga. Secara Khemis kutu daun
mengurangi kandungan alkoloid, gula, rasio gula alkoloid dan
maningkatkan total nitrogen daun. Kutu daun dapat menyebabkan kerugian
sampai 50%, kutu daun sedang pada tembakau flue-cured dapat menyebabkan
kerugian 22 – 28 %. Cara pengendalian hama ini adalah dengan mengurangi
pemupukan N dan melakukan penyemprotan insektisida yaitu apabila lebih
besar dari 10 % tanaman dijumpai koloni kutu tembakau (setiap koloni
sekitar 50 ekor kutu). Pestisida yang digunakan yaitu jenis imidaklorid.
4.
Kutu Putih (Bemisia tabaci Genn). Baik kutu dewasa maupun nimfanya
mengisap cairan daun sehingga daun menjadi rusak. Disamping merusak
daun, kutu ini juga menjadi vektor bagi virus krupuk atau penyakit
mosaik tembakau. Cara pengendalian dengan sanitasi lahan dan meyemprot
dengan insektisida Klorpirifos.
Untuk pengendalian hama dan penyakit
tanaman tembakau perlu dilakukan pengamatan ambang ekonomis serangan
sebagai langkah pengendalian dini (“Early Warning System”). Dengan
langkah tersebut dapat diidentifikasi apakah perlu atau tidak untuk
melakukan tindakan pengendalian. Apabila hal ini dilakukan jarang sekali
terjadi ledakan serangan hama dan penyakit yang dapat menimbulkan
kerugian pada pengusahaan tembakau.
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar